Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) pada Tw. III-2011mengalami defisit sebesar USD4,0miliar, terutama akibat
tekanan pada transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit sekitar
USD3,4 miliar yang jauh lebih besar dibandingkan surplus transaksi berjalan
(USD0,2 miliar). Di tengah ketidakpastian yang tinggi atas penyelesaian krisis
utang di Eropa yang menyebabkan perlambatan ekonomi di kawasan tersebut dan
juga perlambatan ekonomi AS, kinerja neraca perdagangan barang masih mencatat
surplus. Bersama dengan surplus pada transfer berjalan, surplus tersebut mampu
melebihi defisit yang terjadi pada neraca pendapatan dan neraca jasa, sehingga
transaksi berjalan tetap surplus. Di sisi lain, dampak dari kondisi di Eropa
dan AS menyebabkan arus keluar modal investasi portofolio mengalir deras,
terutama pada komponen saham dan Surat Utang Negara. Kendatipun demikian, level
arus masuk modal langsung yang cukup tinggi mampu menahan laju penurunan
kinerja transaksi modal dan finansial menjadi tidak terlalu dalam.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. III-2011,
antara lain: Diversifikasi mitra dagang Indonesia mendorong kinerja ekspor di
triwulan laporan tetap kuat kendati laju harga komoditas utama ekspor melambat;
ü
Pertumbuhan
ekonomi Tw. III-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan
konsumsi rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,8% dan
7,1%. Perkembangan permintaan domestik ini mendorong akselerasi pertumbuhan
impor nonmigas;
ü
Produksi
minyak yang meningkat dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang sedikit
menurun menyebabkan defisit neraca perdagangan minyak mengecil;
ü
Gejolak
di pasar keuangan global akibat ketidakpastian penyelesaian krisis sovereign
debt di kawasan Eropa dan memburuknya perekonomian Amerika Serikat berimbas
pada perkembangan pasar finansial di emerging markets, termasuk Indonesia.
Derasnya arus keluar modal asing, terutama pada Agustus-September 2011, dari
pasar saham domestik dan Surat Utang Negara (SUN) serta besarnya Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) milik asing yang jatuh tempo menyebabkan tekanan defisit
pada transaksi modal dan finansial.
Dalam hal ini penulis akan
mengambil permasalahan yaitu dalam neraca perdagangan migas, non migas dan
ekspor barang.
Dalam neraca perdagangan
migas telah terjadi surplus neraca padaperdagangan di bidang gas sebesar 9%, akan tetapi terjadi
defisit pada neraca perdagangan minyak telah berkurang dikarenakan telah
terjadi kenaikan produksi minyak, sementara impor minyak berkurang dikarenakan
penurunan harga minyak dunia. Dengan melihat perkiembangan ini neraca
perdagangan pada sektor migas pada triwulan mengalami surplus USD 416 juta
dibanding dengan hasil triwulan sebelumnya yang menderita defisit USD 914 juta.
Dalam neraca perdagangan
nonmigas mengalami penurunan dibanding dengan periode sebelumnya, dikarenakan
ekspor nonmigas tumbuh lebih rendah dibanding impor non migas. Hal tersebut
sejalan dengan permintaan domestik yang tetap tinggi, sementara permintaan oleh
pihak eksternal mengalami perlambatan. Jika dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun sebelumnya, ekspor nonmigas masih tumbuh lebih tinggi dibanding
impor nonmigas, yaitu seberar 29,5% dan 27,3%.
Sedangkan dalam neraca
perdagangan ekspor barang pada Tw. III-2011 tercatat sebesar USD52,8 miliar
atau naik 1,8% dari triwulansebelumnya sebesar USD51,8 miliar. Berdasarkan
sektoral, pertumbuhan ekspor barang ini didukung oleh pertumbuhan ekspor produk
pertambangan yang meningkat 11,6% (q.t.q). Namun pertumbuhan negatif dari
sektor pertanian dan manufaktur, masing-masing sebesar -7,1% (q.t.q) dan -2,3%
(q.t.q), menghambat pertumbuhan ekspor barang lebih lanjut. Kontribusi terbesar
ekspor barang tersebut adalah dari sektor manufaktur (62,9%) dan produk pertambangan
(32,9%).
Jika dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor barang Tw. III-2011 tumbuh
32,8% (y.o.y), lebih lambat dari pertumbuhan Tw. II-2011 sebesar 38,3% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan negatif dari
ekspor produk pertanian sebesar -13,2% (y.o.y) dan perlambatan ekspor produk
manufaktur (28,6%, y.o.y), sedangkan ekspor produk pertambangan tumbuh lebih
tinggi (44,0%, y.o.y) dibanding triwulan sebelumnya (40,0%, y.o.y).
Sumber
: http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/58221EDE-13CD-4535-B7B2-D9F758D7B562/24761/Laporan_NPI_tw311.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan santun... :))