Selasa, 01 Mei 2012

Perkembangan neraca pembayaran indonesia


Perkembangan  Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Tw. III-2011mengalami defisit sebesar USD4,0miliar, terutama akibat tekanan pada transaksi modal dan finansial yang mengalami defisit sekitar USD3,4 miliar yang jauh lebih besar dibandingkan surplus transaksi berjalan (USD0,2 miliar). Di tengah ketidakpastian yang tinggi atas penyelesaian krisis utang di Eropa yang menyebabkan perlambatan ekonomi di kawasan tersebut dan juga perlambatan ekonomi AS, kinerja neraca perdagangan barang masih mencatat surplus. Bersama dengan surplus pada transfer berjalan, surplus tersebut mampu melebihi defisit yang terjadi pada neraca pendapatan dan neraca jasa, sehingga transaksi berjalan tetap surplus. Di sisi lain, dampak dari kondisi di Eropa dan AS menyebabkan arus keluar modal investasi portofolio mengalir deras, terutama pada komponen saham dan Surat Utang Negara. Kendatipun demikian, level arus masuk modal langsung yang cukup tinggi mampu menahan laju penurunan kinerja transaksi modal dan finansial menjadi tidak terlalu dalam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama Tw. III-2011, antara lain: Diversifikasi mitra dagang Indonesia mendorong kinerja ekspor di triwulan laporan tetap kuat kendati laju harga komoditas utama ekspor melambat;
ü  Pertumbuhan ekonomi Tw. III-2011 cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,8% dan 7,1%. Perkembangan permintaan domestik ini mendorong akselerasi pertumbuhan impor nonmigas;
ü  Produksi minyak yang meningkat dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang sedikit menurun menyebabkan defisit neraca perdagangan minyak mengecil;
ü  Gejolak di pasar keuangan global akibat ketidakpastian penyelesaian krisis sovereign debt di kawasan Eropa dan memburuknya perekonomian Amerika Serikat berimbas pada perkembangan pasar finansial di emerging markets, termasuk Indonesia. Derasnya arus keluar modal asing, terutama pada Agustus-September 2011, dari pasar saham domestik dan Surat Utang Negara (SUN) serta besarnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) milik asing yang jatuh tempo menyebabkan tekanan defisit pada transaksi modal dan finansial.




Dalam hal ini penulis akan mengambil permasalahan yaitu dalam neraca perdagangan migas, non migas dan ekspor barang.
Dalam neraca perdagangan migas telah terjadi surplus neraca padaperdagangan di  bidang gas sebesar 9%, akan tetapi terjadi defisit pada neraca perdagangan minyak telah berkurang dikarenakan telah terjadi kenaikan produksi minyak, sementara impor minyak berkurang dikarenakan penurunan harga minyak dunia. Dengan melihat perkiembangan ini neraca perdagangan pada sektor migas pada triwulan mengalami surplus USD 416 juta dibanding dengan hasil triwulan sebelumnya yang menderita defisit USD 914 juta.



Dalam neraca perdagangan nonmigas mengalami penurunan dibanding dengan periode sebelumnya, dikarenakan ekspor nonmigas tumbuh lebih rendah dibanding impor non migas. Hal tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang tetap tinggi, sementara permintaan oleh pihak eksternal mengalami perlambatan. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor nonmigas masih tumbuh lebih tinggi dibanding impor nonmigas, yaitu seberar 29,5% dan 27,3%.



Sedangkan dalam neraca perdagangan ekspor barang pada Tw. III-2011 tercatat sebesar USD52,8 miliar atau naik 1,8% dari triwulansebelumnya sebesar USD51,8 miliar. Berdasarkan sektoral, pertumbuhan ekspor barang ini didukung oleh pertumbuhan ekspor produk pertambangan yang meningkat 11,6% (q.t.q). Namun pertumbuhan negatif dari sektor pertanian dan manufaktur, masing-masing sebesar -7,1% (q.t.q) dan -2,3% (q.t.q), menghambat pertumbuhan ekspor barang lebih lanjut. Kontribusi terbesar ekspor barang tersebut adalah dari sektor manufaktur (62,9%) dan produk pertambangan (32,9%). 
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor barang Tw. III-2011 tumbuh 32,8% (y.o.y), lebih lambat dari pertumbuhan Tw. II-2011 sebesar 38,3% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan negatif dari ekspor produk pertanian sebesar -13,2% (y.o.y) dan perlambatan ekspor produk manufaktur (28,6%, y.o.y), sedangkan ekspor produk pertambangan tumbuh lebih tinggi (44,0%, y.o.y) dibanding triwulan sebelumnya (40,0%, y.o.y).




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan santun... :))